LAPORAN
PRAKTIKUM FARMASI FISIKA
PERCOBAAN 1
PENENTUAN KERAPATAN DAN BERAT JENIS
NAMA :
EKA PURNAMA NISA
NPM :
164101484010005
TANGGAL
PRAKTIKUM : 02 OKTOBER 2017
DOSEN
PEMBIMBING : ADITYA
MAULANA P.P, M. Sc, Apt.
LABORATORIUM
KIMIA FARMASI
AKADEMI
FARMASI ISFI
BANJARMASIN
2017
BAB
1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Bobot
jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa (g) dengan
volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis adalah
perbandingan antara bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi
rapat jenis tidak memiliki satuan. Cara penentuan bobot jenis ini sangat
penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot
jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang
berbentuk larutan. Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka
akan mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak
dengan zat lainnya (Nana Januarti, 2008).
Berat jenis
dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca
Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan perhitungan
didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, A., 1993).
II. Tujuan Praktikum :
1. Menentukan
kerapatan dan berat berbagai jenis zat
2. Dapat
mengetahui perhitungan nilai kerapatan dan berat jenis
3. Dapat
menentukan volume piknometer pada suhu
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Dasar Teori
Kerapatan
dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini
apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan
adalah turunan besaran
karena menyangkut satuan
massa dan volume.
Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik
(gram/cm3) (Martin, A., 1993).
Kerapatan
adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya,
satu milimeter raksa raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah
13,6 g/ml. Jika kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka
bobot jenis merupakan bilangan abstrak. Bobot jenis adalah rasio bobot suatu
zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan
dinyatakan dalam desimal.
Ø Zat
yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan dari air
Ø Zat
yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat dari air (Ansel,
2006).
Kerapatan adalah turunan besaran karena
menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume
pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam
gram per centimeter kubik gr/cm3dan dilambangkan dengan notasi ρ. Berat
jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan
dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai
perbandingan kerapatan dan suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat
itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang
khusus. Berat jenis (d) untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan
sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa volume air yang sama
pada suhu 4° atau temperatur lain yang tertentu.
Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis 25°/25°, 25°/4°,
4°/4°. Angka pertama menunjukan temperatur udara air yang dimana zat ditimbang;
angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. (Petunjuk
Praktikum Farmasi Fisika, 2017)
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek
dengan volumenya.
d
=
Suatu
sifat yang besarnya
tergantung pada jumlah
bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat
ekstensif. Baik massa
maupun volume adalah
sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat
tergantung pada jumlah
bahan adalah sifat
intensif. Rapatan yang merupakan
perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifatsifat
intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak
tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, R. H., 1985).
Kerapatan
dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Kerapatan
sesungguhnya.
Bahannya tidak masuk vold – vold
dan pori – pori interpartikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau
dimensi atomik kisi – kisi kristsl.
2. Kerapatan
granul.
Ditentukan dengan jalan pemindahan
merkuri yang tidak menembus pada tekanan
– tekanan biasa di dalam pori – pori yang lebih kecil dari ± 10µ.
3. Kerapatan
serbuk.
Ditentukan dari volume bulk dan
bobot dari suatu serbuk di dalam gelas ukur silindris. Sebagai intisari
perbedaan antara 3 kerapatan (sesungguhnya, granul, serbuk) dapat lebih
dimengerti dengan menggunakan dan mengembalikannya pada harga – harga
resiproknya (kebalikannya) (Moechtar, 1989).
Specific
gravity (bobot jenis) adalah rasio bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Bobot jenis menggambarkan hubungan
antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku.Bobot jenis juga digunakan
untuk mengubah pernyataan kekuatan b/b, b/v, dan v/v. Bobot jenis suatu zat dapat dihitung dengan mengetahui bobot
dan volumenya (Ansel, 2006).
Berbeda
dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa dimensi, yang
dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Bobot jenis
untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa
dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4° C atau
temperatur lain yang telah ditentukan. (Nana Januarti, 2008).
Berat jenis dapat ditentukan dengan
menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan
alat-alat lain. Kerapatan padatan seringkali ditentukan dengan metode
pemindahan cairan. Kerapatan tersebut adalah berat dari benda dibagi dengan
berat cairan yang dipindahkannya, yakni kehilangan berat benda bila
disuspensikan dalam suatu cairan yang sesuai. Untuk zat-zat padat yang tidak
larut dalam cairan dan lebih berat dari cairan tersebut, bisa digunakan piknometer
biasa untuk pengukuran (Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika, 2017).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk
menentukan 3 macam bobot jenis yaitu :
1.
Bobot Jenis Sejati
Massa partikel dibagi
volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
2.
Bobot Jenis Nyata
Massa partikel dibagi
volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang
tertutup.
3.
Bobot Jenis Efektif
Massa parikel dibagi
volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup.
Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias
(bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini
dapat digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif,
senyawa bantu dan sediaan farmasi (Nana Januarti, 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
I.
Alat
dan Bahan
A.
Alat
:
1. Piknometer
|
2. Baskom
|
3. Timbangan
|
4. Termometer
|
B.
Bahan
1. Aquadest
|
2.
Kloroform
|
3. Es
Batu
|
4.
Paraffin Solid
|
5. Tissue
|
6.
Aseton
|
7. Etanol
|
8.
Peluru
|
II.
Cara
Kerja
Percobaan
A. Penentuan
volume piknometer pada suhu percobaan dalam
Cara perhitungan :
Mis : bobot
piknometer + air = a + b gram
bobot
piknometer kosong = a gram –
bobot
air = b gram
Dari tabel diketahui kerapatan air pada suhu
percobaan = ρair
Volume piknometer = volume air =
b gram
ρ gram ml-1
=
= Vp ml
B. Penetuan Kerapatan zat cair (etanol,
aseton, kloroform)
C. Penentuan
kerapatan peluru (zat padat yang kerapatannya > dari air)
Perhitungan
:
Bobot
piknometer + zat padat + air = y gram
Bobot zat padat = x gram
Bobot piknometer + air = (y – x) gram
Bobot air = (y – x – a) gram
Bobot
air yang ditumpahkan zat padat =
[b – (y – x – a)] gram
=
(b – y + x + a) gram
Volume
air yang ditumpahkan =
volume zat padat
= (b – y + x +a) ml
ρair
Kerapatan zat padat = x gram ml-1
(b – y + x + a) / ρair
= x ρair gram ml-1
(b – y + x + a)
*Catatan : zat cair yang digunakan harus zat
cair yang tidak dapat melarutkan zat padat yang ditentukan kerapatannya.
D. Penentuan
kerapatan paraffin (zat padat yang kerapatannya lebih kecil dari air)
Daftar
Pustaka
Alfren. Martin, 1990, Farmasi Fisika, UI Press : Jakarta.
Putra, Aditya M.P, Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika, edisi revisi. Banjarmasin,
2017
Ansel. C Howard, 2006,Kalkulasi
Farmasetik, Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Januarti. Nana., 2008, PenetapanBobotJenisdanRapatJenis,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeahuan Alam, Universitas Hasanuddin: Makassar.
Moechtar, 1989, Farmasi Fisika, UGM Press :
Yogyakarta.
Petrucci, R.
H., 1985, General
Chemistry, Principles and
Application, 4th
Ed., Collier Mac Inc., New York.
BAB
IV
DATA
HASIL PERCOBAAN
Nama : Eka Purnama Nisa
|
Tanggal
: 02 Oktober 2017
|
NPM : 16.4101.48401.0.005
|
Judul :
Pembuatan Kerapatan Dan Berat Jenis
|
A. Penentuan
volume piknometer pada suhu percobaan
Ø Bobot
piknometer + air = 81,1173 gram
Ø Bobot
piknometer kosong = 31,0518 gram
Ø Suhu
awal =
27° C diturunkan 2° C => 25° C
Ø Bobot
piknometer kembali = 80,9170 gram
kesuhu awal
Bobot
piknometer + air 80,9170
gram
Bobot piknometer kosong 31,0518
gram -
Bobot
air 49,9012
Volume
piknometer = volume air =
=
=
Vρ ml
=
= 49,9012
B. Penetapan
kerapatan zat cair (etanol, aseton, kloroform, eter)
1. Aseton
Ø Bobot
piknometer kosong = 31,0518 gram
Ø Bobot
piknometer + aseton = 70,6339 gram
Ø Suhu
awal =
26° C diturunkan 2° C => 24° C
Ø Bobot
piknometer kembali = 70,4228 gram
kesuhu awal
c = (70,4228 gram) – (31,0518 gram)
= 39,407 gram
Vρ = 49,9012 ml
Kerapatan zat cair aseton
=
0,78970
2. Etanol
Ø Bobot
piknometer kosong = 31,0518 gram
Ø Bobot
piknometer + etanol = 71,1319 gram
Ø Suhu
awal =
26° C diturunkan 2° C => 24° C
Ø Bobot
piknometer kembali = 70,4904 gram
kesuhu awal
c = (70,4904 gram) – (31,0518 gram)
= 39,4746 gram
Vρ = 49,9012 ml
Kerapatan zat cair aseton
=
0,79106
3. Kloroform
Ø Bobot
piknometer kosong = 31,0518 gram
Ø Bobot
piknometer + kloroform = 80,8974
gram
Ø Suhu
awal = 27° C diturunkan 2° C => 25° C
Ø Bobot
piknometer kembali = 80,2936 gram
kesuhu awal
c = (80,2936 gram) – (31,0518 gram)
= 49,2778 gram
Vρ = 49,9012 ml
Kerapatan zat cair aseton
=
0,98751
4. Eter
Ø Bobot
piknometer kosong = 31,0518 gram
Ø Bobot
piknometer + eter = 71,2627 gram
Ø Suhu
awal =
27° C diturunkan 2° C => 25° C
Ø Bobot
piknometer kembali = 71,0207 gram
kesuhu awal
c = (71,0207 gram) – (31,0518 gram)
= 40,0049 gram
Vρ = 49,9012 ml
Kerapatan zat cair aseton
=
0,80168
C. Penentuan
kerpatan peluru (zat padat yang kerapatannya > dari air)
Ø Bobot
piknometer + peluru + air = 81,5175 gram
Ø Bobot
peluru =
0,6191 gram
Ø Bobot
piknometer + air = (81,5175 gram - 0,6191gram)
= 80,8984 gram
Ø Bobot
air =
49,8426 gram
Ø Bobot
air yang ditumpahkan peluru = (49,9012 - 49,8426
gram)
= 0,0586 gram
Ø Volume
air yang ditumpahkan = volume zat
padat
=
=
Ø Kerapatan
zat padat =
= 10,5648
gram
D. Penentuan
kerapatan paraffin (zat padat yang kerapatannya > dari air)
Ø Bobot
piknometer + zat padat + air =
82,2012 gram
Ø Bobot
padat (peluru+lilin) =
0,6433 gram
Ø Bobot
piknometer + air =
81,5579 gram
Ø Bobot
air =
50,5421 gram
Ø Bobot
air yang ditumpahkan peluru =
49,9012 - 50,5421
= 0,6409 gram
Ø Volume
air yang tumpah =
volume zat padat
=
=
-1,0037 gram
PRAKTIKAN
|
DOSEN PEMBIMBING
|
EKA PURNAMA NISA
|
(...........................................)
|
LAMPIRAN
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini tentang penentuan kerapatan dan berat jenis. Kerapatan
adalah massa per unit volumet suatu zat pada teamperature tertentu. Sedangkan
berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi
kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Alat
yang digunakan yaitu piknometer, thermometer, baskom, tissue dan timbangaan.
Piknometer digunakan untuk mencari bobot jenis. Tujuan piknometerr dikeringkan
adalah untuk mengembalikan piknometer pada bobot sesungguhnya. Pengeringan
Piknometer tidak boleh dikeringkan dengan menggunakan permanasan, karena
piknometer dapat memuai dan nantinya dapat mempengaruhi pada saat penimbangan
piknometer dan akan berpengaruh pula pada data percobaan.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum yaitu aquadest, es batu, ethanol, paraffin,
aseton, eter, kloroform dan peluru. Untuk kerapatan zat cair yaitu etanol,
aseton, kloroform, eter bahan-bahan tersebut harus kita ketahui bobot zatnya
untuk mengetahui volume piknometernya, peluru terlebih dahulu kita timbang
untuk megetahui kerapatan zat padatnya, dan paraffin juga kita lakukan
penimbangan antara (paraffin+peluru+piknometer) dan (paraffin+peluru+ pikinometer+air).
Semua bahan tersebut harus kita ketahui kerapatannya sebagai syarat untuk kita
melengkapi hitungan yang digunakan untuk mengahasilkan berat jenis tersebut.
Pemakaian
alkohol sebagai pembilas memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir
mudah menguap dan bersifat antiseptikum, jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat
hilang baik, baik yang ada diluar maupun yang ada didalam piknometer, kemudian
dikeringkan hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan piknometer pada
bobot sesungguhnya. Pengeringan piknometer tidak boleh dikeringkan dengan
menggunakan pemanasan karena dapat memuai dan dapat mempengaruhi pada saat
penimbangan dan berpengaruh pada data
percobaan dan hasil perhitungan bobot jenis piknometer ditimbang, kemudian pada
timbangan analitik dalam keadaaan kosong setelah ditimbang lalu diisi dengan
sampel mulai dengan aquadest sebagai pembanding kemudian nantinya dengan sampel
yang lain. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue agar
tidak ada bahan lain yang menempel pada piknometer yang mengganggu data
perhitungan.
Kerapatan
zat cair yang didapatkan :
a.
Etanol
|
0,79106
|
b.
Aseton
|
0,78970
|
c.
Kloroform
|
0,98751
|
d.
Eter
|
0,80168
|
e.
Peluru
|
10,5648 gram
|
f.
Paraffin
|
-1,0037
gram
|
Faktor
utama yang mempengaruhi kerapatan tidak sesuai dengan teoritis adalah
piknometer yang tidak terlalu kering dan langsung digunakan untuk percobaan
selanjutnya. Hubungan kemurnian dengan kerapatan dan bobot jenis adalah untuk
menentukan kemurnian maka harus dicari dahulu kerapatan dan bobot jenisnya. Hubungan
antara kerapatan dan kelarutan adalah semakin berat bobot jenis maka semakin
susah larut. Pada pengerjaaan suhu diturunkan 2º C dari suhu awal kemudian
dinaikkan lagi sampai kembali kesuhu awal, tujuan penurunan suhu sebanyak 2º C
adalah jika suhu dibawah 2º C akan membeku dan bila diatas 2º C akan menguap.
Semakin kecil angka kerapatan maka semakin rapat, begitu juga sebaliknya, misal
0,01 lebih rapat daripada 1. Persen (%) dalam kelarutan = kadar = jumlah zat
yang terlarut. Semakin besar % kadar semakin kecil bobot jenis dan
kerapatannya. Berat jenis sebanding dengan kerapatan, semakin kental maka
semakin besar kerapatannya. Hasil minus (-) yang didapat pada percobaan
disebabkan oleh termometer yang digunakan saat pengukuran suhu terlalu dalam
dimasukkan kedalam piknometer sehingga banyak air yang tumpah. Benda lain yang
dapat digunakan untuk menetukan paraffin tidak hanya peluru, boleh menggunakan
benda lain asalkan padat, tahan terhadap paraffin dan muat dimasukkan kedalam
piknometer.
BAB
VI
KESIMPULAN
1.
Berat piknometer kosong 31,0518
2.
Volume piknometer yang didapatkan adalah
49,9012
ml
3.
Perbandingan kerapatan hasil percobaan
dengan teoritis, yaitu :
No.
|
Nama Bahan
|
Kerapatan Secara Teoritis
|
Kerapatan Percobaan
|
1.
|
Aquadest
|
0,99602
g/ml
|
49,9012
|
2
|
Etanol
|
0,812
– 0,16 g/ml
|
0,79106
|
3.
|
Aseton
|
0,789
– 0,792 g/ml
|
0,78970
|
4.
|
Kloroform
|
1,474
– 1,479 g/ml
|
0,98751
|
5.
|
Eter
|
0,714
– 0,718 g/ml
|
0,80168
|
6.
|
Peluru
|
–
|
10,5648
gram
|
7.
|
Paraffin
|
0,87
– 0,89 g/cm
|
-1,0037
gram
|
4.
Dalam percobaan kali ini ditemukan
penyimpangan antara teoritis dengan hasil percobaan, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi, yaitu :
a.
Adanya kontaminasi
b.
Kemurnian zat
c.
Suhu
d.
Proses penyimpangan
e.
Cara pengerjaan (tekanan yang diberikan
saat pemasangan termometer)
f.
Kebersihan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar